Kamis, 19 September 2013

Cerita Buluk #2

Jadi pernah saya dapat kesempatan kerja praktik di suatu perusahaan. Di perusahaan itu saya menemani seorang karyawan yang lumayan sepuh sebetulnya, tapi jangan tanya fisik dan mentalnya, mantap. Sebut saja Pak Ali. Mengingatkan saya sama pembina pramuka saya dulu, udah sepuh tapi disegani kawan maupun lawan. Nah kalau beliau mau turun ke lapangan biasanya selalu mengajak saya, jadilah kami berdua jalan-jalan >> Pak Ali yang nyetir.

Kebetulan waktu saya KP, Pak Ali sedang sibuk mengawasi pelaksanaan proyek CSR/ Community Development perusahaan. Ya beliau jadi semacam kepala Project Engineernya lah. Tugas Pak Ali menjadi pengawas, pemberi evaluasi dan mewakili perusahaan mengenai jalannya proyek.  Proyeknya membuat jaringan pipa air untuk enam desa. Nilainya lumayan, 40 M. Nah waktu itu fase proyek sedang dalam tahap menggali tanah untuk tempat pipa. Karena pipanya harus menjangkau tiap rumah di 6 desa, jadi tanah yang digali sangat banyak. Belum lagi tanah yang sudah digali harus menunggu kesiapan pipa untuk ditanam, butuh waktu yang lama sampai galian bisa ditutup kembali. Yang jadi masalah waktu itu adalah pihak kontraktor (yang mengerjakan galian pipa) sudah menggali hampir diseluruh pinggiran badan jalan desa, padahal pipanya sendiri belum siap ditanam. Ya bisa dibayangkan debu, kotoran berterbangan di jalan-jalan desa, sangat menganggu. Alasan kontraktornya biar uangnya cepet turun.hehee..

Nah, setiap hari Senin ada semacam rapat koordinasi untuk mengetahui progress proyek. Yang ikut rapat ada perusahaan yang diwakili Pak Ali, kontraktor dan aparatur desa terkait. Disitu semua dibahas, mulai dari kendala, kebutuhan teknis sampai efek sosial akibat galian tanah yang tak kunjung ditutup. Saya sih cuma memperhatikan Pak Ali yang mimpin rapat sendirian, kasian juga kadang-kadang sementara saya cuma bisa angguk-angguk. 

Suatu hari pernah rapat dihadiri banyak peserta, jarang terjadi ini. Di kursi bagian belakang saya amati ada pemuda asing berbadan besar kulit hitam legam duduk menyilangkan tangan. Belum pernah saya lihat dia ikut rapat. Katanya mewakili pihak desa. Rapat berjalan seperti biasa dan sebagian besar masih mengeluhkan progress galian yang tak kunjung rampung. Pak Ali dengan sabar memberikan solusi kepada kontraktor dan pihak desa. Yah, bagaimanapun juga pipa air ini adalah proyek yang sangat ditunggu dan sangat bermanfaat untuk masyarakat luas. Pak Ali kemudian membuka sesi diskusi, dan pemuda berbadan besar tadi mengangkat tangan. Sedikit mengangkat suara dia mengeluh mengenai lambannya progress galian yang mengganggu masyarakat. Seperti emosi dia menuntut Pak Ali untuk segera menyelesaikan proyek galian. Seperti superman ia memberikan deadline akhir proyek galian, jika belum selesai ancaman demo melayang dari mulutnya. Setelah puas mengeluarkan aspirasi ''suci''nya, bak pahlawan ia dan beberapa temannya membalikkan badan dan keluar dari ruang rapat meninggalkan kami melongo suyi senyap. Saya cuma lihat Pak Ali tersenyum tanpa suara, sambil melihat gerombolan tadi keluar saya berpikir "ada juga ya makhluk seperti itu...".

sekian_kdn


1 komentar: