Jumat, 11 Juli 2014

Bapak

Setiap minggu saya punya ritual wajib yang selalu saya lakukan dari zaman kuliah sampai sekarang. Ritual itu adalah ngobrol sama Emes Yes (Ibu, alias Mamak). Setiap minggu itu juga saya akui saya agak jarang ngobrol sama Ebes Joss (Ayah alias Bapak). Apalagi ketika kuliah dulu, kalau ngobrol sama bapak saya, pasti seadanya dan seperlunya, tanya kabar gimana, urusan lancar dan selesai.

Suatu pagi di hari Minggu seperti biasa saya menghubungi Ibu saya untuk ngobrol. Karena sudah lama tidak ngobrol dengan ayah, ibu saya memberikan teleponnya kepada ayah saya. Beliau bicara sangat panjang. Saking panjangnya, setelah saya menutup telepon saya cek berapa lama durasi telepon tadi. memecahkan rekor teleponan saya selama ini, sejam lebih.. Hahaa, beliau cerita banyak memang, dari pekerjaan, kehidupan, nasihat dan kondisi dirinya pastinya. Salah satu yang menarik dari ucapan ayah saya waktu itu, dia bilang kurang lebih seperti ini, "Saya ini sudah pensiun, waktu sendiri tiba-tiba kebayang semua di pikiran saya, ada teman SD saya, wajah ammak, semuanya, dalam hati saya wah bahaya ini... Jadi saya cari kerjaanlah bersih-bersih rumah atau apapun". Waktu kata-kata itu muncul saya mikir, lah saya yang masih muda gini kalau sendirian sering sekali mikir yang aneh-aneh dan tenggelam oleh pikiran dan nyaris terlena. Saya jadi ikut-ikutan bilang, wah bahaya ini...

Perbincangan dengan ayah saya ini jadi berubah lama setelah beliau pensiun. Setelah bekerja lebih dari 30 tahun di perusahaan yang sama, akhirnya Desember 2013 beliau resmi gantung sepatu. Saya tidak bisa membayangkan 30 tahun dengan semua kesibukannya, di masa santai tak berbeban semua pengalaman akhirnya terlontar begitu lancar menuju kuping anaknya.

Itu bayi lucu banget ya..hehehee.. 
Dia ayah saya. Dia saya panggil Bapak. Orang yang saya teladani dari perilakunya. Segala hormat saya dan doa selalu tertuju kepadanya, ayah terhebat di dunia dan ibu tersayang : Allahumagfirlii waliwaalidayya warhamhuma kama robbayanii soghiraa..

sekian_kdn