Minggu, 06 Maret 2011

Persahabatan Si Bolot dan Kritikus tak Bersolusi..

Ini mungkin bukanlah unek-unek mahasiswa melihat tingkah polah bapak-bapak pemegang kekuasaan yang terhormat, tapi saya hanya mencoba mengeluarkan pikiran "normal" saya terhadap kejadian akhir-akhir ini. 

Kritik, mungkin ini adalah salah satu penyebab seseorang ingin menyamakan gerak mereka untuk mendapat sebuah tujuan ( yang bisa disamakan meurut saya visi ). Dengan menyamakan gerak, harapannya kritik tak akan ada di telinga para pemangku kekuasaan, ya minimal kritiknya cuma setitiklah dan tak fundamental.. Padahal kritik adalah unsur terpenting dari terbentuknya karakter menjadi lebih baik, ujung-ujungnya dengan kritik semua tujuan bisa diterima oleh semua. Ibarat kalau kita mau buat pisau ya kita mesti pukul pisau itu, perlu kita bakar, dipukul lagi, dibakar lagi dan saat suhu sudah sangat tinggi didinginkan dengan air ( istilah ilmu bahannya Quenching..hhe ). Posisikan kita sebagai pisau yang ingin mencapai tujuan yaitu menjadi tajam. Bila kita tidak menerima pukulan, dibakar dan dinginkan secara tiba-tiba  ( yang kita ibaratkan kritik ), ya kita cuma jadi seonggok besi biasa dengan tujuan melempem. 


Kemudian kritik. Kata teman saya kalau kita mau mandang sesuatu itu harus dari dua arah, oke akan saya praktekkan. Mungkin sudah seyogyanya orang yang dikritik itu sering panas kuping, pikiran sampai badan. Rasanya ingin mukul aja..hhe. Ini sepertinya akibat dari banyak kritikus mengkritik secara dalam, lugas dan tepat di hati sasaran. Fatalnya kritik tidak dinikahkan dengan solusi yang menyegarkan, membantu dan yang paling penting MENYELESAIKAN. Bagaimana bisa pisau yang ingin kita pertajam bukannya kita bakar, kita pukul dan lain sebagainya malah kita kubur, kita kotori dan hal-hal yang tidak menyelesaikan.. bagaimana bisa?? 
Akhirnya malah sibuk caci sana caci sini, citra sana citra sini dan tujuan mulianya dilupakan. capede...

" Bagaimana bisa penilaian seseorang terhadap seseorang dinilai bukan dari kinerja tapi karena perjanjian satu gerak minim kritik.. terus dimana ditaruh tujuan mulia itu?? " Astagfirullahaladziim...
Dari sini saya sedikit mengerti perasaan pemimpin dan apa guna oposisi dalam sebuah pemerintahan..
NB : Saya bukan mahasiswa FISIPOL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar