Jumat, 22 November 2013

Cerita Buluk #3

Dari dulu ibu saya, atau saya memanggilnya dengan kata "mamak" selalu membiarkan saya melakukan hal apa saja dimana saja dan kapan saja dengan catatan positif. Yang saya salut, beliau seperti benar-benar 100% mempercayai saya mengenai apapun yang saya lakukan. sepertinya beliau langsung percaya dan yah seperti membiarkan saya pergi terbang entah kemana. Larut malam, sudah biasa. Izin sekenanya, biarkan saja.. 

Pernah waktu SMP saya berlatih berbaris bersama teman-teman untuk mengikuti sebuah lomba. Pertama kalinya saya merasakan dibentak-bentak gak karuan sama senior yang lebih "pengalaman". Disuruh hadap kanan, kiri dan balik kanan sampai tingkat kesamaan yang perfect untuk anak seusia 13-14 tahun. Begitu terus, diulang-ulang sampai bosan dan kesal sendiri. Semua dilakukan untuk mendapatkan level kekompakan "ideal" sebuah kelompok gerak jalan. 

Karena latihan yang lumayan sering dan fokus, kami biasa berlatih tidak kenal waktu. Pernah suatu hari kami berlatih hingga larut malam. Waktu itu saya hanya bergumam dalam hati, "kapan latihan ini selesai??". Diberi perintah berulang-ulang sampai senior puas, dan pada akhirnya hampir tengah malam latihan itu berakhir. Saya yang naik sepeda waktu itu segera pulang mendayung sepeda dari lokasi latihan sampai rumah di tengah malam yang sudah larut. Mendekati rumah terlihat teras rumah yang hanya dibatasi oleh jaring nyamuk sehingga kita bisa melihat kedalamnya. Makin dekat ke rumah saya lihat Ibu saya duduk di teras sendirian menunggu anaknya pulang. Yah sepi dan larut, duduk menunggu anak yang terbang entah kemana. Sampai di rumah saya lapor kalau latihannya agak lama dan molor, kemudian beliau hanya menjawab, "sudah tidur, jangan lupa kunci pagar!!".

sekian_kdn